Pages

Sabtu, 08 Mei 2010

asuhan keperawatan jiwa

PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian

Menurut Berkowitz (1993), perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis, baik secara verbal maupun non verbal (Harnawatiaj, 2008).

Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Anonim, 2008).

2. Rentang Respon

Rentang respon perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

Adaftif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Asertif adalah ungkapan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang tanpa menyakiti atau menyinggung lawan bicara.

Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal dalam mencapai tujuan yang tidak realistik atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan atau keinginan.

Pasif adalah perilaku dimana seseorang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai suatu usaha dalam mempertahankan hak-haknya.

Agresif adalah perilaku yang menyertai perasaan marah dan merupakan dorongan mental untuk bertindak dalam bentuk destruktif yang masih terkontrol.

Amuk merupakan suatu respon maladaptif yang paling berbahaya, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

3. Etiologi

FAKTOR PREDISPOSISI

a. Faktor Biologis

o Teori Dorongan Naluri (Instinctual Drive Theory)

Perilaku agresif disebabkan oleh dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

o Teori Psikosomatik (Psikosomatic Theory)

Pengalaman marah terjadi akibat respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal, maupun lingkungan.

Sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmiter berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

b. Faktor Psikologis

o Teori Agresif dan Frustasi

Frustasi terjadi jika keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif.

o Teori Eksistensi

Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi melalui perilaku yang konstruktif maka individu akan melakukan perilaku yang destruktif.

c. Faktor Sosialkultural

o Teori Lingkungan Sosial (Social Environment Theory)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau kasar.

o Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)

Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun imitasi melalui proses sosialisasi.

FAKTOR PRESIPITASI

a. Stessor dari dalam

Yang termasuk stressor dari dalam adalah kelemahan fisik, kehilangan, keputusasaan, ketidakberdayaan, putus hubungan dengan orang lain, dan kurang percaya diri.

b. Stressor dari luar

Yang termasuk sressor dari luar adalah serangan fisik, kehilangan dan kematian, serta lingkungan yang ribut, padat, dan konflik.

4. Tanda dan Gejala

a. Tanda-tanda vital meningkat

b. Muka merah dan tegang

c. Pandangan tajam

d. Mengatupkan rahang dengan kuat

e. Otot tegang, nada suara tinggi

f. Bicara kasar, suara tinggi, menjerit, atau berteriak

g. Jalan mondar-mandir

h. Mengepalkan tangan

i. Mengancam secara verbal atau fisik

j. Melempar atau memukul benda atau orang lain

k. Merusak barang atau benda

l. Tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan

m. Tubuh kaku dan refleks cepat

5. Proses Terjadi

Stressor yang menyebabkan frutasi dapat menghasilkan respon yang positif dan negatif. Respon melarikan diri dan menentang atau melawan merupakan respon yang maladaptif yang menimbulkan perilaku agresif dan perilaku kekerasan. Perilaku agresif akan memperlihatkan permusuhan, suka menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, dan memberikan kata-kata ancaman tanpa melukai. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan, memberi kata-kata mengancam yang disertai dengan melukai pada tingkat ringan sampai berat.

Stressor

Stres

Cemas

Marah



Merasakan kuat Diungkapkan Merasa tidak kuat

Menentang Waspada/Sadar kebutuhan Melarikan diri

Pemecahan masalah (-) Lega Menolak kesalahan

Marah berkepanjangan Keteganga me (¯) Ekspresi marah

Rasa marah teratasi

Bermusuhan

Kronik

Depresi/Penyakit somatik Agresif/Amuk

6. Mekanisme Koping

Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan bahwa mekanisme koping adalah tiap upaya yanag diarahkan pada penatalaksanaan stres, termasuk upaya menyelesaikan masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Harnawatiaj, 2008).

Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:

a. Sublimasi, yaitu melampiaskan marah pada objek lain

b. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginan yang tidak baik

c. Represi adalah mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar

d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap atau perilaku yang berlawanan

e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan sikap bermusuhan pada objek yang tidak berbahaya

7. Penatalaksanaan

a. Farmakoterapi

o Anti ansietas dan hipnotik sedatif, seperti Diazepam (Valium)

o Anti depresan, seperti Amitriptilin

o Mood stabilizer, seperti Lithium, Carbamazepin

o Naltrexon dan Propanolol

b. Terapi keluarga

Dalam terapi keluarga, keluarga dibantu untuk menyelesaikan koflik dengan menjelaskan cara mengatasi konfkik, saling mendukung, dan menghilangkan stres.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, dan aktivitas lain, dengan berdiskusi atau bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain

d. Terapi musik

Dengan musik klien terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena dengan perasaan terhibur dan bersemangat, klien bisa mengontrol emosinya.

8. Prinsip Tindakan Keperawatan

a. Strategi Preventif, terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan/ pendidikan kesehatan, dan latihan asertif.

b. Strategi Antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku, dan psikomarmakologi.

c. Strategi Pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan, dan pengikatan.

Rentang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:

a. Kesiapan perawat

o Sadar perasaan sendiri

o Yakin klien dapat belajar mengungkapkan marah yang benar

o Hangat, tegas, menerima, tetap tenang dan kalem

o Sikap dan suasana hubungan kerja yang akrab

b. Pendidikan kesehatan/ Manajemen perilaku kekerasan

o Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

o Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

o Memeperagakan/ mendemonstrasikan cara yang biasa dilakukan klien jika marah

o Mengidentifikasi cara baru yang konstruktif

o Melatih cara baru pada situasi yang nyata

c. Latihan Asertif

Prinsipnya:

o Berkomunikasi langsung pada orang lain

o Mengatakan tidak untuk hal yang tidak beralasan

o Mampu mengungkapkan keluhan

o Mengungkapkan penghargaan atau pujian

Pelaksanaan asertif:

o Bahasa tubuh

1) Mempertahankan kontak mata

2) Mempertahankan posisi tubuh

3) Berbicara dengan tegas

4) Nada suara tegas

5) Ekspresi wajah dan sikap tubuh wajar

o Pendengar

1) Mempersiapkan diri

2) Mendengarkan

3) Mengklarifikasi

4) Mengakui

o Percakapan

1) Atur lingkungan bicara

2) Menetapkan topik pembicaraan

3) Mengekspresikan perasaan

4) Mengekspresikan permintaan

d. Tindakan komunikasi

o Bicara dengan lembut

o Nada suara rendah dan tidak membalas suara keras

o Gunakan kaliamat simpel dan pendek

o Hindari tertawa dan senyum tidak pada tempatnya

o Katakan anda siap membantu

o Sikap rileks dan terapeutik

o Gerakan rileks, tidak tergesa-gesa

o Jaga jarak 1-3 langkah dari klien

e. Tindakan atau strategi perilaku

o Limit setting

Saat melakukan interaksi, sepakati perilaku yang diizinkan, perilaku yang tidak diizinkan, dan konsentrasi dari perilaku yang tidak diizinkan. Perawat dan klien mengetahui kesepakatan yang dibuat bersama-sama.

o Kontrak perilaku untuk kontrol perilaku

Saat perawat akan mengajak klien melakukan aktivitas, seperti keluar ruangan, maka perlu membuat kontrak terlebih dahulu tentang perilaku yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan

f. Manajemen krisis

o Identifikasi leader tim krisis

o Susun dan kumpulkan tim krisis

o Beritahu petugas keamanan, jika perlu

o Pindahkan semua klien dari area tersebut

o Siapkan alat pengekang

o Susun strategi dan beritahu anggota tim

o Jelaskan setiap tindakan pada klien

o Ikat/ kekang klien sesuai instruksi leader

o Berobat psikofarmaka sesuai instruksi

o Jaga tetap konsisten

o Evaluasi tindakan dengan tim

o Jelaskan kejadian dengan klien lain dan staf seperlunya

o Integrasikan klien secara bertahap pada lingkungan

g. Pengasingan

Pengasingan bertujuan untuk melindungi klien, orang lain, dan staf dari bahaya

Prinsipnya:

o Pembatasan gerak tanpa pengikatan

o Isolasi

o Pembatasan input sensoris untuk mengurangi stimulus perilaku kekerasan

h. Pengekangan

Pengekangan bertujuan untuk mengurangi gerak fisik klien agar tidak membahayakan klien atau orang lain

Tindakannya:

o Jelaskan pada klien alasan pengekangan

o Lakukan dengan hati-hati dan tidak melukai

o Ada perawat yang ditugaskan mengontrol tanda-tanda vital, sirkulasi, dan membuka ikatan untuk latihan gerak

o Penuhi kebutuhan fisik, yaitu makan, minum, eliminasi, dan perawatn diri klien

A. Asuhan Keperawatan secara Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, dan nomor MR

b. Alasan masuk

Biasanya klien masuk karena memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat-alat rumah tangga, dan marah-marah

c. Faktor predisposisi

o Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam pengobatan

o Klien pernah mengalami aniaya fisik, penolakan, dan kekerasan fisik dalam keluarga

o Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter

o Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu

d. Fisik

Saat marah, tekanan darah biasanya naik

e. Psikososial

o Genogram

o Konsep diri

1) Citra diri. Biasanya klien menyukai semua bagian tubuhnya, tapi ada juga yang tidak

2) Identitas diri. Biasanya klien tidak puas dengan pekerjaannya

3) Peran. Klien memiliki masalah dalam menjalankan peran

4) Ideal diri. Klein memiliki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi, dan status peran

5) Harga diri. Biasanya klien memiliki harga diri yang rendah

o Hubungan sosial

Klien tidak punya orang terdekat dan tidak mengikuti kegiatan didalam masyarakat

o Spiritual

Klien memiliki keyakinan, tapi jarang melakukan ibadah

f. Status mental

o Penampilan klien tidak rapi

o Pembicaraan dengan nada tinggi

o Biasanya klien terlihat marah dan panik

o Aktivitas motorik terlihat gelisah

o Afek labil dan mudah tersinggung

o Saat wawancara biasanya kooperatif

o Klien bisa saja mengalami halusinasi

o Pada proses pikir ditemukan adanya sirkumtansaikl dan tangensial

o Isi pikir memberikan ancaman

o Tingkat kesadaran, memori, kemampuan penialain, daya tilik diri biasanya tidak bermasalah

g. Mekanisme koping

Mekanisme koping klien biasanya tidak efektif

h. Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya klien memiliki masalah dengan dengan dukungan kelompok dan lingkungan

i. Aspek medis

Diagnosa medis sesuai dengan apa yang ditimbulkan

2. Daftar Masalah Secara Teoritis

a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

b. Perilaku kekerasan

c. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

d. Isolasi sosial

e. Defisit Perawatan Diri

f. Koping keluarga tidak efektif

g. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

3. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Defisit Perawatan Diri Perilaku Kekerasan CORE PROBLEM

Isolasi Sosial Gangguan Konsep Diri: HDR

Ketidakefektifan koping keluarga Ketidakefekti

fan penatalak

sanaan prog. terapeutik

4. Diagnosa Keperawatan

a. Perilaku kekerasan

b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

c. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

d. Defisit Perawatan Diri

e. Isolasi sosial

f. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

g. Koping keluarga tidak efektif

HALUSINASI


0 komentar:

Posting Komentar